Thursday, October 8, 2015

Bahasa Arab, Inggris, Mandarin, dan Madura Jadi Ciri Khas

SAYA melanjutkan acabis ke Pondok Pesantren (PP) Nurul Islam. Pesantren yang diasuh KH Ramdhan Siraj ini berada di Desa Karang Cempaka, Kecamatan Bluto, Sumenep. Sayang, saya tidak bisa bertemu langsung dengan KH Ramdhan. Saat saya tiba di PP Nurul Islam, mantan bupati Sumenep tersebut ada kegiatan di luar pesantren.

Mengikuti saran santri, saya menemui KH Ilyasi Siraj, adik kandung KH Ramdhan. KH Ilyasi menjabat ketua Yayasan PP Nurul Islam sekaligus dewan pengasuh. Dalam suasana santai tapi penuh makna, KH Ilyasi menjelaskan tentang pendidikan di PP Nurul Islam.
Dia menyampaikan, PP Nurul Islam memberikan wadah khusus kepada santri untuk menguasai empat bahasa. Yakni bahasa Arab, Inggris, Mandarin, dan Madura. Program bahasa ini wajib diikuti oleh santri selama di pesantren. Harapannya, saat lulus nanti santri paham dan bisa memanfaatkan empat bahasa tersebut. 




 PP Nurul Islam memiliki pertimbangan tersendiri mengapa para santrinya dibekali empat bahasa tersebut. Pengusaan bahasa Arab, misalnya, untuk membantu santri memahami kitab kuning. Bahasa Inggris bisa menjadi bekal bagi santri saat kuliah nanti dan manfaat lainnya.

Dengan menguasai bahasa Mandarin santri diharapkan bisa memahami bahasa bisnis atau bahasa yang digunakan kebanyakan pengusaha sukses. Sedangkan bahasa Madura untuk mempertahankan bahasa ibu. Bahasa Madura jangan sampai tergerus zaman.

Selain membekali santri dengan penguasaan empat bahasa, PP Nurul Islam juga memberikan keterampilan lainnya. Seperti skill manajemen organisasi, kemampuan mengoperasikan kumputer, dan pemanfaatan teknologi informasi lainnya.

Misi PP Nurul Islam yaitu mencetak santri yang religius, intelektual, dan leadership. Untuk mencetak santri yang religius, pesantren ini mengajarkan Alquran secara menyeluruh. Mulai dari pemahaman kandungan makna Alquran hingga landasan akademiknya. Pengajaran Alquran secara menyeluruh itu begitu ditekankan di pesantren ini.

Untuk mencetak insan intelektual, santri dibekali dengan pengetahuan umum dan ilmu lainnya. Santri diwajibkan melakukan kajian dan diskusi pengetahuan umum. Sehingga, setelah lulus nanti santri memiliki semangat dan motivasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Untuk mencetak lulusan yang mempunyai kemampuan leadership, santri diberi pemahaman melalui manajemen organisasi. Salah satunya, santri disarankan aktif dalam kegiatan pramuka dan organisasi kesiswaan lainnya.

PP Nurul Islam tidak hanya fokus pada pendidikan salaf, tapi juga mengakomodasi pengetahuan umum. Ilmu agama ditekankan menjadi dasar dari pengetahuan santri. Sementara pengetahuan umum merupakan pengembangannya.

KH Ilyasi menyatakan, PP Nurul Islam konsisten mempertahankan nilai-nilai keislaman. PP Nurul Islam terus berdakwah untuk mencetak kader muslim yang mampu menjadi lokomotif kemajuan di zaman modern ini.

Guna mencetak kader muslim yang memiliki pengetahuan luas dan mampu menjadi pemimpin di zaman modern, PP Nurul Islam menolak menutup diri. ”Pendidikan salaf dan nilai-nilai keislaman pesantren tetap kami pertahankan. Tetapi kami juga merespons dan mengakomodasi pengetahuan umum dan modern,” kata KH Ilyasi.

Di PP Nurul Islam ada pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal di pesantren ini di antaranya PAUD, TPQ, MI, MTs, dan MA. Pada tahun 2014 didirikan Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Nurul Islam Jurusan Tafsir. Sementara untuk pendidikan nonformal ada madrasah diniyah dan kegiatan kepesantrenan lainnya.

 Capture



Mensarjanakan Orang Desa

PP Nurul Islam didirikan oleh KH Mohammad Sirojuddin pada tahun 1960. Suami Nyai Hj Badi’an ini awalnya hanya mendirikan musala atau langgar. Santri yang belajar agama kala itu hanya warga sekitar dan tidak mondok. Setelah belajar santri pun pulang.

Santri yang belajar ke KH Mohammad Sirojuddin kian banyak. Santri yang rumahnya jauh mendirikan pondok sendiri di sekitar kediaman KH Mohammad Sirojuddin agar bisa menetap. Mulanya ada belasan santri yang datang dari jauh dan mendirikan pondok sendiri. Ada 5-6 bilik pondok yang dibangun oleh santri kala itu.

Santri dari berbagai daerah terus berdatangan dan pada tahun 1965 didirikan madrasah ibtidaiyah tarbiyatul atfal. Sejak 1965 pesantren mulai mengenal pendidikan formal dari sebelumnya yang tradisional dan sorogan.

Pada tahun 1970, pondok yang dirintis KH Mohammad Sirojuddin ini resmi bernama PP Nurul Islam. Sesuai dengan namanya, pesantren ini diharapkan menjadi nur (cahaya) bagi masyarakat luas dalam menyebarkan ilmu Allah. ”Dengan nama Nurul Islam, pesantren ini diharapkan menjadi mercusuar bagi perkembangan pengetahuan masyarakat,” ucap KH Ilyasi.

KH Mohammad Sirojuddin bersama Nyai Hj Badi’an dikaruniai lima orang putra dan putri. KH Mohammad Sirojuddin wafat pada tahun 1986. PP Nurul Islam selanjutnya diasuh putra pertama KH Mohammad Sirojuddin yaitu KH Mohammad Hamdi Sirojuddin.

Pada masa kepemimpinan KH Mohammad Hamdi Sirojuddin, manajemen pesantren banyak mengalami penyempurnaan. Misalnya dengan dibentuknya kepala unit satuan fungsi di pesantren dan di bawah yayasan. Tujuannya, untuk pendistribusian tugas. Sebab, mendidik santri yang banyak tidak mungkin diemban sendiri oleh pengasuh. Karena itu, dibentuklah pengurus dan aturan pesantren.

Sistem dan tugas dari masing-masing unit dibagi sesuai dengan posisi dan perannya. Manajemen di pesantren ini terstruktur dengan baik. Kepemimpinan KH Mohammad Hamdi Sirojuddin hanya berlangsung empat tahun sejak 1984 semasa KH Mohammad Sirojuddin sakit. KH Mohammad Hamdi Sirojuddin wafat pada tahun 1988.

PP Nurul Islam selanjutnya diasuh KH Moh. Ramdhan Siraj, putra kedua KH Mohammad Sirojuddin yakni KH Ramdhan Siraj hingga saat ini. Pendidikan dan sistem manajemen pesantren kian maju dan disempurnakan. PP Nurul Islam tetap mempertahankan pendidikan salaf dengan mengakomodasi pendidikan umum modern.

Saat ini PP Nurul Islam mengasuh 500 santri, baik putra maupun putri yang menetap di pondok. Sedangkan jumlah keseluruhan santri dengan yang tidak menetap di pondok sebanyak 1.000 orang. Pendidikan di PP Nurul Islam terus dikembangkan untuk menyiapkan santri yang punya pemahaman agama kuat dan berwawasan luas.

Yayasan PP Nurul Islam bertekad mensarjanakan masyarakat desa. Untuk mewujudkan cita-cita ini, pada 2014 didirikan STIQ Jurusan Tafsir. Menurut KH Ilyasi, pesantren punya peran yang sangat strategis dalam mencerdaskan masyarakat, utamanya di perdesaan. ”Kami ingin mensarjanakan semua orang desa, terutama generasi muda,” ucapnya. (*/hud)



No comments:

Post a Comment