SAYA melanjutkan acabis ke Pondok Pesantren (PP) Nurul
Islam. Pesantren yang diasuh KH Ramdhan Siraj ini berada di Desa Karang
Cempaka, Kecamatan Bluto, Sumenep. Sayang, saya tidak bisa bertemu
langsung dengan KH Ramdhan. Saat saya tiba di PP Nurul Islam, mantan
bupati Sumenep tersebut ada kegiatan di luar pesantren.
Mengikuti saran santri, saya menemui KH Ilyasi Siraj, adik kandung KH
Ramdhan. KH Ilyasi menjabat ketua Yayasan PP Nurul Islam sekaligus
dewan pengasuh. Dalam suasana santai tapi penuh makna, KH Ilyasi
menjelaskan tentang pendidikan di PP Nurul Islam.
Dia menyampaikan, PP Nurul Islam memberikan wadah khusus kepada
santri untuk menguasai empat bahasa. Yakni bahasa Arab, Inggris,
Mandarin, dan Madura. Program bahasa ini wajib diikuti oleh santri
selama di pesantren. Harapannya, saat lulus nanti santri paham dan bisa
memanfaatkan empat bahasa tersebut.
PP
Nurul Islam memiliki pertimbangan tersendiri mengapa para santrinya
dibekali empat bahasa tersebut. Pengusaan bahasa Arab, misalnya, untuk
membantu santri memahami kitab kuning. Bahasa Inggris bisa menjadi bekal
bagi santri saat kuliah nanti dan manfaat lainnya.
Dengan menguasai bahasa Mandarin santri diharapkan bisa memahami
bahasa bisnis atau bahasa yang digunakan kebanyakan pengusaha sukses.
Sedangkan bahasa Madura untuk mempertahankan bahasa ibu. Bahasa Madura
jangan sampai tergerus zaman.
Selain membekali santri dengan penguasaan empat bahasa, PP Nurul Islam juga memberikan keterampilan lainnya. Seperti skill manajemen organisasi, kemampuan mengoperasikan kumputer, dan pemanfaatan teknologi informasi lainnya.
Misi PP Nurul Islam yaitu mencetak santri yang religius, intelektual, dan leadership.
Untuk mencetak santri yang religius, pesantren ini mengajarkan Alquran
secara menyeluruh. Mulai dari pemahaman kandungan makna Alquran hingga
landasan akademiknya. Pengajaran Alquran secara menyeluruh itu begitu
ditekankan di pesantren ini.
Untuk mencetak insan intelektual, santri dibekali dengan pengetahuan
umum dan ilmu lainnya. Santri diwajibkan melakukan kajian dan diskusi
pengetahuan umum. Sehingga, setelah lulus nanti santri memiliki semangat
dan motivasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Untuk mencetak lulusan yang mempunyai kemampuan leadership,
santri diberi pemahaman melalui manajemen organisasi. Salah satunya,
santri disarankan aktif dalam kegiatan pramuka dan organisasi kesiswaan
lainnya.
PP Nurul Islam tidak hanya fokus pada pendidikan salaf, tapi juga
mengakomodasi pengetahuan umum. Ilmu agama ditekankan menjadi dasar dari
pengetahuan santri. Sementara pengetahuan umum merupakan
pengembangannya.
KH Ilyasi menyatakan, PP Nurul Islam konsisten mempertahankan
nilai-nilai keislaman. PP Nurul Islam terus berdakwah untuk mencetak
kader muslim yang mampu menjadi lokomotif kemajuan di zaman modern ini.
Guna mencetak kader muslim yang memiliki pengetahuan luas dan mampu
menjadi pemimpin di zaman modern, PP Nurul Islam menolak menutup diri.
”Pendidikan salaf dan nilai-nilai keislaman pesantren tetap kami
pertahankan. Tetapi kami juga merespons dan mengakomodasi pengetahuan
umum dan modern,” kata KH Ilyasi.
Di PP Nurul Islam ada pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan
formal di pesantren ini di antaranya PAUD, TPQ, MI, MTs, dan MA. Pada
tahun 2014 didirikan Sekolah Tinggi Ilmu Alquran (STIQ) Nurul Islam
Jurusan Tafsir. Sementara untuk pendidikan nonformal ada madrasah
diniyah dan kegiatan kepesantrenan lainnya.
Mensarjanakan Orang Desa
PP Nurul Islam didirikan oleh KH Mohammad Sirojuddin pada tahun 1960.
Suami Nyai Hj Badi’an ini awalnya hanya mendirikan musala atau langgar.
Santri yang belajar agama kala itu hanya warga sekitar dan tidak
mondok. Setelah belajar santri pun pulang.
Santri yang belajar ke KH Mohammad Sirojuddin kian banyak. Santri
yang rumahnya jauh mendirikan pondok sendiri di sekitar kediaman KH
Mohammad Sirojuddin agar bisa menetap. Mulanya ada belasan santri yang
datang dari jauh dan mendirikan pondok sendiri. Ada 5-6 bilik pondok
yang dibangun oleh santri kala itu.
Santri dari berbagai daerah terus berdatangan dan pada tahun 1965
didirikan madrasah ibtidaiyah tarbiyatul atfal. Sejak 1965 pesantren
mulai mengenal pendidikan formal dari sebelumnya yang tradisional dan sorogan.
Pada tahun 1970, pondok yang dirintis KH Mohammad Sirojuddin ini
resmi bernama PP Nurul Islam. Sesuai dengan namanya, pesantren ini
diharapkan menjadi nur (cahaya) bagi masyarakat luas dalam menyebarkan
ilmu Allah. ”Dengan nama Nurul Islam, pesantren ini diharapkan menjadi
mercusuar bagi perkembangan pengetahuan masyarakat,” ucap KH Ilyasi.
KH Mohammad Sirojuddin bersama Nyai Hj Badi’an dikaruniai lima orang
putra dan putri. KH Mohammad Sirojuddin wafat pada tahun 1986. PP Nurul
Islam selanjutnya diasuh putra pertama KH Mohammad Sirojuddin yaitu KH
Mohammad Hamdi Sirojuddin.
Pada masa kepemimpinan KH Mohammad Hamdi Sirojuddin, manajemen
pesantren banyak mengalami penyempurnaan. Misalnya dengan dibentuknya
kepala unit satuan fungsi di pesantren dan di bawah yayasan. Tujuannya,
untuk pendistribusian tugas. Sebab, mendidik santri yang banyak tidak
mungkin diemban sendiri oleh pengasuh. Karena itu, dibentuklah pengurus
dan aturan pesantren.
Sistem dan tugas dari masing-masing unit dibagi sesuai dengan posisi
dan perannya. Manajemen di pesantren ini terstruktur dengan baik.
Kepemimpinan KH Mohammad Hamdi Sirojuddin hanya berlangsung empat tahun
sejak 1984 semasa KH Mohammad Sirojuddin sakit. KH Mohammad Hamdi
Sirojuddin wafat pada tahun 1988.
PP Nurul Islam selanjutnya diasuh KH Moh. Ramdhan Siraj, putra kedua
KH Mohammad Sirojuddin yakni KH Ramdhan Siraj hingga saat ini.
Pendidikan dan sistem manajemen pesantren kian maju dan disempurnakan.
PP Nurul Islam tetap mempertahankan pendidikan salaf dengan
mengakomodasi pendidikan umum modern.
Saat ini PP Nurul Islam mengasuh 500 santri, baik putra maupun putri
yang menetap di pondok. Sedangkan jumlah keseluruhan santri dengan yang
tidak menetap di pondok sebanyak 1.000 orang. Pendidikan di PP Nurul
Islam terus dikembangkan untuk menyiapkan santri yang punya pemahaman
agama kuat dan berwawasan luas.
Yayasan PP Nurul Islam bertekad mensarjanakan masyarakat desa. Untuk
mewujudkan cita-cita ini, pada 2014 didirikan STIQ Jurusan Tafsir.
Menurut KH Ilyasi, pesantren punya peran yang sangat strategis dalam
mencerdaskan masyarakat, utamanya di perdesaan. ”Kami ingin
mensarjanakan semua orang desa, terutama generasi muda,” ucapnya. (*/hud)
No comments:
Post a Comment